Di antara sekian banyak buku Tan Malaka, Madilog pantas mendapat perhatian khusus. Dalam Madilog ia memaparkan cita-citanya bagi Indonesia. Meskipun isi Madilog sebagian besar mengikuti materialisme dialektik Friedrich Engels (sahabat karib Karl Marx yang memperlengkap filsafat sosial Marx dengan filsafat alam dan ontologi materialis yang kemudian akan menjadi dasar filosofis Marxisme-Leninisme), Madilog bukan semacam "ajaran partai" atau "ideologi proletariat", melainkan cita-cita dan keyakinan Tan Malaka sendiri.
Malahan sangat mencolok bahwa Madilog bebas sama sekali dari nada tidak sedap buku-buku Marxisme-Leninisme yang senantiasa menuntut ketaatan mutlak pembaca terhadap Partai Komunis, alias pimpinannya. Madilog bebas dari segala bau ideologis, bebas dari jargon ortodoksi partai yang tahu segala-galanya. Madilog adalah imbauan seorang nasionalis sejati pada bangsanya untuk ke luar dari keterbelakangan dan ketertinggalan.
Tan Malaka melihat bangsa Indonesia terbelenggu dalam keterbelakangan oleh "logika mistika". "Logika mistika" adalah logika gaib, di mana orang percaya bahwa apa yang terjadi di dunia adalah kerjaan kekuatan-kekuatan keramat di alam gaib. Logika gaib melumpuhkan orang karena, dari pada menangani sendiri tantangan yang dihadapinya, ia mengharapkannya dari kekuatan-kekuatan gaib itu. Daripada berbuat dan berusaha, ia mengadakan mantra, sesajen dan doa-doa.
Selama bangsa Indonesia masih terkungkung oleh logika gaib itu, tak mungkin ia menjadi bangsa yang merdeka dan maju. Jalan ke luar dari logika gaib adalah "madilog", materialisme, dialektik dan logika. Mirip dengan August Comte, sang bapak positivisme seratus tahun sebelumnya, Tan Malaka melihat kemajuan umat manusia melalui tiga tahap: Dari "logika mistika" lewat "filsafat" ke "ilmu pengetahuan" atau "sains".
Malahan sangat mencolok bahwa Madilog bebas sama sekali dari nada tidak sedap buku-buku Marxisme-Leninisme yang senantiasa menuntut ketaatan mutlak pembaca terhadap Partai Komunis, alias pimpinannya. Madilog bebas dari segala bau ideologis, bebas dari jargon ortodoksi partai yang tahu segala-galanya. Madilog adalah imbauan seorang nasionalis sejati pada bangsanya untuk ke luar dari keterbelakangan dan ketertinggalan.
Tan Malaka melihat bangsa Indonesia terbelenggu dalam keterbelakangan oleh "logika mistika". "Logika mistika" adalah logika gaib, di mana orang percaya bahwa apa yang terjadi di dunia adalah kerjaan kekuatan-kekuatan keramat di alam gaib. Logika gaib melumpuhkan orang karena, dari pada menangani sendiri tantangan yang dihadapinya, ia mengharapkannya dari kekuatan-kekuatan gaib itu. Daripada berbuat dan berusaha, ia mengadakan mantra, sesajen dan doa-doa.
Selama bangsa Indonesia masih terkungkung oleh logika gaib itu, tak mungkin ia menjadi bangsa yang merdeka dan maju. Jalan ke luar dari logika gaib adalah "madilog", materialisme, dialektik dan logika. Mirip dengan August Comte, sang bapak positivisme seratus tahun sebelumnya, Tan Malaka melihat kemajuan umat manusia melalui tiga tahap: Dari "logika mistika" lewat "filsafat" ke "ilmu pengetahuan" atau "sains".
0 komentar:
Posting Komentar