Hal materialisme dan dialektika bukan pemikiran asli Tan Malaka, melainkan diambil alih dari Engels, Lenin dan tokoh-tokoh lain Marxisme-Leninisme. Tan Malaka amat meyakini mereka. Hanya tekanan pada logika adalah khas Tan Malaka.
Namun kita jangan salah paham terhadap Tan Malaka. Yang dimaksud dengan materialisme, bukan pertama-tama pandangan filosofis bahwa segala yang ada itu materi atau berasal dari materia (meskipun ini juga pandangan materialisme dialektik), melainkan keterarahan perhatian manusia pada kenyataan, daripada pada khayalan dan takhayul. Daripada mencari penyebab segala kejadian di alam gaib, carilah di kenyataan bendawi sendiri. Selidikilah realitas material dan itu berarti: pakailah ilmu pengetahuan! Materialisme berarti: mempelajari realitas bendawi dengan mempergunakan pendekatan ilmiah.
Namun, materialisme maupun ilmu pengetahuan baru dapat menghasilkan pengertian sebesar-besarnya apabila disertai oleh dialektika. Dialektika- yang sepenuhnya diambil alih dari Engels dan kawan-kawan berarti bahwa realitas tidak dilihat sebagai sejumlah unsur terisolasi yang sekali jadi lalu tak pernah berubah. Dialektika mengatakan bahwa segala sesuatu bergerak maju melalui langkah-langkah yang saling bertentangan. Khususnya ia menyebutkan dua "hukum" dialektika: "hukum penyangkalan dari penyangkalan" dan "hukum peralihan dari pertambahan kuantitatif ke perubahan kualitatif" (mengapa Tan Malaka mendiamkan hukum yang ketiga, "kesatuan antara yang bertentangan", tidak jelas).
Secara khusus Tan malaka menegaskan bahwa logika tidak dibatalkan oleh dialektika, melainkan tetap berlaku dalam dimensi mikro. Tan Malaka justru menunjukkan bahwa pemikiran logis, dengan paham dasar dialektis, membebaskan ilmu pengetahuan untuk mencapai potensialitas yang sebenarnya. Logika gaib dilawan dengan logika yang sebenarnya.
Selama lebih dari 100 halaman Tan Malaka menunjukkan betapa lebih mampu Madilog daripada logika gaib dalam menjelaskan segala kenyataan penting yang kita hadapi: perkembangan alam raya, evolusi organisme, sejarah manusia. Orisinalitas Tan Malaka kelihatan dengan penerapan kreatif Madilog yang sebenarnya ajaran Marxisme-Leninisme dalam segala macam bidang.
Dan pada akhir bukunya Tan Malaka mengajak kita mengelilingi sebuah "taman raya" utopis di mana semua tokoh nasional dan internasional mendapat patungnya. Semua tokoh besar, apakah dari Majapahit atau pergerakan nasional, dari Plato sampai "guru Kung" dan Lenin, ditempatkan tinggi rendahnya menurut sumbangan mereka terhadap cara berpikir Madilog.
Namun kita jangan salah paham terhadap Tan Malaka. Yang dimaksud dengan materialisme, bukan pertama-tama pandangan filosofis bahwa segala yang ada itu materi atau berasal dari materia (meskipun ini juga pandangan materialisme dialektik), melainkan keterarahan perhatian manusia pada kenyataan, daripada pada khayalan dan takhayul. Daripada mencari penyebab segala kejadian di alam gaib, carilah di kenyataan bendawi sendiri. Selidikilah realitas material dan itu berarti: pakailah ilmu pengetahuan! Materialisme berarti: mempelajari realitas bendawi dengan mempergunakan pendekatan ilmiah.
Namun, materialisme maupun ilmu pengetahuan baru dapat menghasilkan pengertian sebesar-besarnya apabila disertai oleh dialektika. Dialektika- yang sepenuhnya diambil alih dari Engels dan kawan-kawan berarti bahwa realitas tidak dilihat sebagai sejumlah unsur terisolasi yang sekali jadi lalu tak pernah berubah. Dialektika mengatakan bahwa segala sesuatu bergerak maju melalui langkah-langkah yang saling bertentangan. Khususnya ia menyebutkan dua "hukum" dialektika: "hukum penyangkalan dari penyangkalan" dan "hukum peralihan dari pertambahan kuantitatif ke perubahan kualitatif" (mengapa Tan Malaka mendiamkan hukum yang ketiga, "kesatuan antara yang bertentangan", tidak jelas).
Secara khusus Tan malaka menegaskan bahwa logika tidak dibatalkan oleh dialektika, melainkan tetap berlaku dalam dimensi mikro. Tan Malaka justru menunjukkan bahwa pemikiran logis, dengan paham dasar dialektis, membebaskan ilmu pengetahuan untuk mencapai potensialitas yang sebenarnya. Logika gaib dilawan dengan logika yang sebenarnya.
Selama lebih dari 100 halaman Tan Malaka menunjukkan betapa lebih mampu Madilog daripada logika gaib dalam menjelaskan segala kenyataan penting yang kita hadapi: perkembangan alam raya, evolusi organisme, sejarah manusia. Orisinalitas Tan Malaka kelihatan dengan penerapan kreatif Madilog yang sebenarnya ajaran Marxisme-Leninisme dalam segala macam bidang.
Dan pada akhir bukunya Tan Malaka mengajak kita mengelilingi sebuah "taman raya" utopis di mana semua tokoh nasional dan internasional mendapat patungnya. Semua tokoh besar, apakah dari Majapahit atau pergerakan nasional, dari Plato sampai "guru Kung" dan Lenin, ditempatkan tinggi rendahnya menurut sumbangan mereka terhadap cara berpikir Madilog.
0 komentar:
Posting Komentar